BAB I
PENDAHULUAN
Manusia sebagai mahluk Allah SWT adalah mahluk yang amat berbahagia. Itu
dikarenakan Allah SWT menganugerahkan segudang kelebihan yang tidak ada
dalam dalam mahluk lainnya. Jika manusia mempunyai jenis kelamin, maka
malaikat Jibril-misalnya, sang penyampai wahyu kepada Nabi tidak
mempunyai jenis kelamin. Manusia dapat menciptakan tekhnologi yang baru
dari waktu ke waktu, maka yang dapat dilakukan burung hanya bisa membuat
sarang yang sama dari jaman nenek moyangnya hingga esok kiamat. Seekor
serigala dapat bebas memakan binatang lain dalam rangka mengisi
perutnya, berbeda manusia yang harus bekerja dan berusaha untuk
memperoleh makanan, walaupun disisi lain ada yang sama sifatnya dengan
serigala. Tuhan yang telah menciptakan kita adalah sangat Maha Pengasih,
dan Maha Penyayang karena menciptakan manusia sebagai mahluk yang
berbeda dengan mahluk lain yang telah diciptakan-Nya. Itulah nilai-nilai
kemanusiaan yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita.
Pendidikan merupakan elemen penting dalam bagian diri
mahluk yang bernama manusia tersebut. Itu dikarenakan pendidikan dapat
membantu masyarakat mencapai dalam keadaan yang positif. Keadaan yang
positif adalah dimana masyarakat dapat menjelaskan segala sesuatu dengan
penjelasan-penjelasan yang ilmiah dan rasional. Selain itu juga
pendidikan berfungsi menyadarkan keadaan dimana ia sekarang. Masyarakat
modern kala ini dengan segala kebutuhan yang ada sangat membutuhkan
pendidikan dalam rangka menciptakan tenaga yang terampil dalam
bidangnya, dan pendidikan berperan penting didalamnya. Itulah pendidikan
bagi manusia-mahluk Allah SWT, yang mempunyai perbedaan dengan mahluk
Allah SWT lainnya.
Dalam elemen pendidikan, tersebutlah istilah-istilah antara lain peserta
didik, pendidik, pendekatan pembelajaran, lembaga pendidikan, milleu,
media pembelajaran, kurikulum dan masih banyak istilah pendidikan
lainnya. Istilah tersebut diatas merupakan bagian penting dari
pendidikan, tentunya dengan bagian dan cabangnya. Peserta didik adalah
subjek utama dari pendidikan yang kelak akan membangun masyarakat kita.
Dan pendidik serta lembaga pendidikan mempunyai kurikulum dan media
pembelajaran dalam rangka mencapai peserta didik yang dapat membangun
masyarakat sejahtera, dan sentosa serta diridhoi Allah SWT. Dengan
nilai-nilai kemanusiaan itulah yang berperan penting dalam membangun
masyarakat tersebut.
Telah dijelaskan diatas bahwasannya istilah pendidikan mempunyai banyak
ragam dan macamnya. Dari banyak macam dan ragam tersebut, ada sebagian
yang sangat menjunjung tinggi harkat kemanusiaan itu sendiri. Pada kali
ini istilah yang bisa dikatakan berpengaruh dalam pembelajaran dan
hasilnya demi terwujudnya masyarakat yang positif. Pendekatan
pembelajaran Behaviorisme adalah salah satunya. Pada pembahasan makalah
ini akan dikupas mengenai hal itu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar Behaviorisme ini adalah Teori belajar behavioristik adalah
sebuah teori tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Dan menganggap bahwa manusia adalah mahluk pasif yang
dikuasai oleh situasi. Dari teori ini yang paling ditekankan adalah
mengenai respon dan stimulus. Jika dalam sebuah pembelajaran di kelas,
maka seorang pendidik memberikan sebuah stimulus berupa nilai-nilai dari
apa yang akan disampaikan. Setelah pendidik memberikan stimulus kepada
peserta didik, maka yang akan terjadi adalah respon dari peserta didik
tersebut. Dengan proses tersebut dapat terlihat hasil yang didapatkan
melalui perilaku pada diri peserta didik yang tampak oleh pendidik.
Misalnya jika kita memberikan stimulus sebuah gambar yang berwarna merah
itu wortel, tomat, dan cabe. Jika peserta didik pasif, maka yang
terjadi hanya stimulus dan respon berjalan satu kali. Berbeda halnya
dengan peserta didik yang aktif, stimulus tersebut diteruskan dengan
mengajukan pertanyaan lainnya yang berhubungan dengan warna merah
tersebut ataupun mengenai buah-buahan lainnya.
Maupun ciri-ciri yang ada dalam teori ini adalah :
1. Mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil
2. Bersifat mekanistis
3. Menekankan peranan lingkungan
4. Mementingkan pembentukan reaksi atau respon
5. Menekankan pentingnya latihan.
B. Thorndike, tokoh pertama dari teori behavioristik
Salah satu tokoh yang terkenal dari teori ini adalah Thorndike (1874 –
1949). Thorndike melakukan penelitian terhadap binatang berlaku pula
pada manusia yang disebut trial and error. Dengan adanya interaksi dalam
teori ini adalah stimulus dan respon maka disebut dengan connectionism.
Thorndike juga mengemukakan ada tiga prinsip atau hukum dalam belajar yaitu :
1. Law of readiness, belajar akan berhasil apabila individu tersebut mempunyai kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut.
2. Law of exercise, belajar akan berhasil jika pelajaran itu dilakukan secara berulang dengan latihan-latihan
3. Law of effect, belajar akan bersemangat jika hadiah atau hasil
yang akan didapat itu mendapat keuntungan atau mempunyai daya manfaat
bagi peserta didik.
Selain itu juga Thorndike memandang bahwa yang menjadi dasar terjadinya
belajar adalah adanya asosiasi antara kesan panca indera (sense of
impression) dengan dorongan yang muncul untuk bertindak (impuls to
action). Ini artinya, toeri behaviorisme yang lebih dikenal dengan nama
contemporary behaviorist ini memandang bahwa belajar akan terjadi pada
diri anak, jika anak mempunyai ketertarikan terhadap masalah yang
dihadapi. Siswa dalam konteks ini dihadapkan pada sikap untuk dapat
memilih respons yang tepat dari berbagai respons yang mungin bisa
dilakukan. Toeri ini menggambarkan bahwa tingkah laku siswa dikontrol
oleh kemungkinan mendapat hadiah external atau reinforcement yang ada
hubungannya antara respons tingkah laku dengan pengaruh hadiah.
Bagi guru yang setuju dengan teori behaviorisme ini mengasumsikan bahwa
tingkah laku siswa pada hakikatnya merupakan suatu respons terhadap
lingkungan yang lalu dan sekarang, dan semua tingkah laku yang
dipelajari. Mencermati asumsi ini, apa sebenarnya tugas utama guru?
Yakni, bagaimana guru mampu menciptakan lingkungan belajar (lingkungan
kelas atau sekolah) pada diri siswa yang dapat memungkinkan terjadinya
penguatan (reinforcement) bagi siswa. Lingkungan yang dimaksud di sini
bisa berupa benda, orang atau situasi tertentu yang semuanya dapat
berdampak pada munculnya tingkah laku anak yang dimaksud. Sebagai
ilustrasi dapat digambarkan sebagai berikut :
Mencermati paparan gambar di atas, dapat dipahami bahwa siswa yang
memiliki perangai suka mengganggu (Jawa : usil) terhadap temannya pada
setiap waktu (dan teman tersebut juga bersikap kooperatif mau menanggapi
obrolan dia, sehingga lingkungan bersifat kondusif atau memberikan
penguatan), maka kondisi semacam ini menjadikan siswa tersebut memiliki
sikap untuk senantiasa berperilaku sebagai pengacau. Sebaliknya, pada
contoh B, karena lingkungan tidak memberikan penguatan (reinforcement)
terhadap sikap atau tingkah laku siswa (sehingga dia bersikap suka),
kondisi semacam ini menjadikan siswa berperilaku sebagai seorang
pendiam. Sedangkan pada contoh C, siswa yang berada dalam lingkungan
berupa ketersediaan sumber belajar (berupa buku, majalah, komputer dan
sejenisnya, sehingga hal ini memberikan penguatan pada diri siswa), maka
hal ini menjadikan siswa paham, mengerti dan terampil dalam menggunakan
sumber belajar terebut).
Dalam konteks ini bahwa ada 3 keadaan yang mungkin terjadi :
1. Jika suatu unit konduksi sudah siap untuk berkonduksi, maka konduksi dengan unit tersebut akan membawa kepuasan.
2. Jika suatu unit konduksi sudah siap untuk berkonduksi, tetapi tidak berkonduksi, maka akan menimbulkan ketidakpuasan.
3. Jika suatu unit konduksi yang tidak siap berkonduksi dipaksakan
untuk berkonduksi, maka konduksi itu akan menimbulkan ketidakpuasan.
Proses belajar pada diri siswa akan terjadi jika si anak berada dalam
kondisi siap untuk belajar (berinteraksi dengan lingkungan). Di antara
indikator anak dalam kondisi siap belajar adalah :
1. Anak dapat mengerti dan memahami orang lain (guru, teman, dan
orang lain yang ada di sekolah). Dalam kondisi seperti ini, anak tidak
akan merasa asing, atau tidak punya teman untuk meminta tolong,
sebagaimana jika dia berada di rumah dekat dengan orang tuanya.
2. Anak berani mengutarakan apa yang ada dalam benak pikiran atau
keinginannya (karena ada orang yang akan melindungi dan melayaninya,
misalnya mau kencing ke belakang, tidak punya alat tulis, bukunya
ketinggalan, dan sejenisnya)
3. Anak dapat memahami dan mampu melakukan apa yang diperintahkan atau diajarkan oleh gurunya.
Hukum latihan ini mengandung 2 macam hukum, yaitu 1) low of use, yaitu
hubungan akan menjadi bertambah kuat jika ada latihan, dan 2) low of
disuse, yaitu hubungan akan menjadi melemah atau terlupakan kalau
latihan dihentikan. Hukum ini mengandung makna bahwa proses belajar pada
diri anak (terampil jika diminta mempraktikkan, dapat menjelaskan
ketika ditanya, karena si anak sering berlatih uji keterampilan atau
senantiasa membaca), akan berhasil atau tidak berhasil sangat ditentukan
oleh seberapa banyak dan efektif latihan yang diterima.
Semakin sering dan banyak siswa melakukan latihan, akhirnya dia akan
terampil melakukannya. Semakin sering siswa membaca atau mengulangi
materi yang dipelajari, maka anak akan menjadi semakin tahu dan paham.
Sedangkan hukum hasil ini mengisyaratkan bahwa makin kuat dan atau makin
lemahnya suatu hubungan sebagai akibat dari hasil respons yang
dilakukan. Ini artinya hadiah yang diterima anak atau prestasi belajar
yang memuaskan dapat diraih, akan berakibat diulanginya atau
dilanjutkannya respons atau perbuatan dimaksud. Sebabnya, adalah karena
apa yang ia lakukan dipahami sehingga akan dapat membawa hadiah atau
membawa keberhasilan.
C. Teori Behavioristik, bagian dari penjunjungan harkat manusia
Dari pengertian diatas bahwasannya teori behavioristik menekankan pada
stimulus dan respon yang dibantu dengan indera yang dimilikinya. Bila
seorang pendidik mempunyai perasaan yang dapat dikatakan bermoral
terhadap proses pendidikan, maka kegiatan pembelajaran akan berlangsung
dengan lancar dan memenuhi tujuan pendidikan itu sendiri. Namun dalam
proses pendidikan di sekolah, yang menjadi faktor terpenting bukan hanya
sekedar seorang guru melainkan seorang murid juga mempunyai peran yang
sama dalam mencapai tujuan pendidikan itu sendiri.
Sebagai contoh, seorang guru memberikan stimulus kepada murid untuk
menulis arab dari huruf alif hingga ya, dan murid pun merespon dengan
baik lalu mematuhinya. Jika seorang murid yang kreatif, maka akan
bertanya huruf arab itu asalnya seperti apa dan dari mana maka seorang
guru hendaknya memberikan pengarahan dengan jalan memberikan stimulus
berkelanjutan dari stimulus pertama-menulis huruf hijaiyah, hingga
proses yang dilalui sesuai dengan yang direncanakan.
Itulah proses pembelajaran yang diharapkan bisa diterapkan di Indonesia.
Sehingga pendidikan dapat mengantarkan manusia untuk mengenal dan
mengembangkan potensinya, bukankah pendidikan pula yang dapat mengangkat
manusia menjadi insan yang bermartabat , beriman, peka terhadap
permasalahan sosial dan menjunjung nilai-nilai moral.
BAB III
PENUTUP
Dalam pergaulan masyarakat dewasa ini pendidikan menjadi hal yang
terpenting, entah itu untuk pembagiaan kerja maupun membentuk masyarakat
yang positif. Namun untuk mencapainya kita harus mempunyai formulasi
dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Salah satunya adalah dengan
mengembangkan teori-teori yang ada dan dikontekskan dengan masa
sekarang. Dan teori tersebut adalah teori belajar yang dikembangkan oleh
Thorndike. Teori yang menekankan pada fungsi indera yang berada dalam
diri manusia itu sendiri. Indera ini diberi stimulus lalu direspon oleh
peserta didik.
Dalam hubungannya dengan nilai-nilai kemanusiaan, teori behavioristik
ini menekankan pentingnya stimulus dan respon. Jika peserta didik
mempunyai penalaran yang cukup, maka yang terjadi adalah stimulus
berkelanjutan yang bisa dikatakan menjadi proses pendidikan sebenarnya.
Dengan mempertimbangkan aspek kemanusiaan tersebut, seorang murid dapat
dikatakan seorang manusia yang bukan hanya memiliki indera saja
melainkan tetapi juga otak, akal, dan perasaan yang tentu saja dapat
mengembangkan pendidikan. Sedang tujuan pendidikan adalah bagian dari
tujuan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Daftar Pustaka
Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Problematikan Belajar dan Mengajar. Bandung : Alfabeta
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik diakses pada 24 Desember 2010
http://www.ump.ac.id/jurnal/khazanah%20pendidikan/vol1mar2009.pdf diakses pada 20 Desember 2010
http://kismis.fileave.com/KISMIS3.pdf diakses pada 4 Desember 2010
Selasa, 27 September 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Kepedulian terhadap masalah kemanusiaan merupakan langkah yang paling baik untuk ikut serta dalam menyelesaikan permasalahan manusia dan suatu hal yang mulia sebagai manusia di mata Tuhan dalam nilai amal kebaikan
Salam peduli kemanusiaan
Posting Komentar